A little pieces on january


Sedikit demi sedikit, di temani alunan demi nada dalam telingaku. Masih dapat aku rasakan suasana menjelang subuh. Ketika diriku hanyut akan rasa penasaran, dan nekad yang menggebu-gebu, hanya ada 1 cara yang dapat kulakukan. Mencari setiap kepingan jawaban. Ya, hanya jawaban yang sengaja disembunyikan Tuhan agar aku bangkit dan mencari tahu sendiri. Seperti yang sudah-sudah. Lalu angin, serta alam semesta tersenyum. Dapat kurasakan, mereka bahagia. Melihatku lebih berani, sedikit lebih berani melepas tanya dan mengangkat jawaban.

Langit malam nan berbintang.

Terima kasih sudah membuatku bosan.

Setidaknya untuk malam  ini, kau berani mengacuhkanku dan membuatku ingin beranjak dari tempat rahasiaku yang selama ini ampuh menerimaku disaat aku sedang lelah dengan kenyataan dan teka-teki kehidupan. Karena acuhmu, aku dapat mengerti lebih banyak. Mendengar dan mencari langkahku sendiri. Tak sepenuhnya sendiri, namun setidaknya tak terlalu kabur daripada sebelum engkau mengacuhkanku langit.

Aku sadar, sepenuhnya sadar. Aku masih egois. Sangat egois. Namun disatu sisi, apakah keegoisanku ini sepenuhnya salahku ? Atau memang, ada suatu sebab musabab yang membuatku mungkin ‘egois’, kata orang. Aku berdiam diri bersama kesibukan, aku mendadak bodoh di ayunan pengetahuan baru, aku konyol di tengah-tengah pikiran rasional nan logis. Adakah seseorang diluar sana yang mengerti apa maksudku ? Ah, santai saja, tinggal tunggu waktunya saja. Kata suara hatiku.

Lalu pikiranku melayang, berpikir, menganalisa,

Lepaskan sekat, buka pikiran, buka semua kemungkinan.

Beribu-ribu kali aku bertanya, pada Sang Penciptaku. Mengapa, apa, kenapa, bagaimana bisa ? Dan jika ingatanku berfungsi lebih dari kapasitas orang normal, mungkin sudah beberapa tumpuk buku dan ulasan fakta menjelma menjadi sebuah tulisan. Hingga mungkin ada sedikit orang yang mengerti dan berkata, “Oh iya ya”.

Hanya dapat tersenyum dan mengangguk. Oke, aku paham. Aku mengerti. Aku kembali pada kenyataan, pada hakikat hidup berikutnya yang masih berupa ‘Tanda Tanya’. Misteri yang masih belum terungkap. Tapi sebelum aku beranjak, biarkan aku menuliskan ini. Penanda kecil di awal tahun monyet api. Di bulan pembawa air. Seperti yang lalu-lalu, selalu dapat kejutan lebih di bulan ini. Thank you, God !

 

NB : Irma Damajanti, Sigmund Freud, Hendri Julius, banyak terima kasihku untuk kalian. Pengetahuan yang kalian bagikan, menjawab sebagian keeping pertanyaanku. Salute! Semoga kita dapat bertemu ya … Dan aku masih butuh banyak keping lainnya. Semoga.